Info
Up to 20 KBLI Bidang Usaha, Buka rekening Bank, Kartu nama Semua Direktur, Stempel perusahaan
  September 02, 2025     16:25  
980 79



Beberapa tahun terakhir, investasi seakan jadi lifestyle baru bagi anak muda.

Kalau dulu tren anak muda identik dengan nongkrong di kafe, traveling, atau mengoleksi sneakers, sekarang obrolan yang sering muncul justru seputar saham, crypto, reksa dana, bahkan obligasi.

Buka media sosial, muncul konten edukasi keuangan dengan gaya meme.

Scroll TikTok, ada anak SMA yang katanya sudah cuan puluhan juta dari trading.

Di Twitter (atau sekarang disebut X), muncul diskusi hangat soal saham bank digital.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah generasi muda benar-benar mulai melek finansial, atau sekadar ikut-ikutan tren karena takut ketinggalan (FOMO)?



Investasi secara sederhana adalah menanamkan modal—bisa uang, tenaga, atau aset lain dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

Bedanya dengan menabung, investasi punya potensi pertumbuhan nilai.

Kalau menabung di bank Rp1 juta, 10 tahun lagi mungkin nilainya tidak jauh berbeda.

Tapi kalau Rp1 juta ditaruh di instrumen investasi yang tepat, nilainya bisa berlipat.

Bagi anak muda, investasi bukan hanya soal uang, tapi juga bagian dari identitas diri.

Ada rasa bangga bisa bilang, “Gue udah punya saham di perusahaan X” atau “Gue rutin beli reksa dana tiap bulan.”



Investasi di Indonesia bukan kegiatan liar tanpa aturan. Ada dasar hukum yang melindungi masyarakat agar tidak asal menaruh uang:

  1. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menjadi payung hukum bagi kegiatan jual beli saham, obligasi, dan instrumen pasar modal lainnya.
  2. UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK diberi mandat untuk mengawasi lembaga keuangan, perbankan, hingga investasi digital.

Peraturan Bank Indonesia terutama terkait sistem pembayaran, uang elektronik, dan fintech yang kini jadi bagian ekosistem investasi digital.

Selain itu, pemerintah rutin merilis obligasi negara (ORI, SBR) yang aman karena dijamin negara. Hal ini membuktikan investasi bukan hanya urusan orang kaya, tapi bisa diakses semua kalangan, termasuk anak muda.



Kalau ditarik ke akar kata, investasi berarti menanam sesuatu dengan harapan hasilnya bisa dipetik kelak.

Seorang petani menanam padi → berharap panen 3 bulan lagi.

Seorang mahasiswa kuliah bertahun-tahun → berharap kelak mendapat pekerjaan lebih baik.

Seorang pekerja kantoran menyisihkan gajinya untuk reksa dana → berharap nilainya tumbuh 5–10 tahun mendatang.

Jadi, investasi bukan sekadar uang, tapi juga mindset jangka panjang. Anak muda yang berinvestasi berarti sudah berpikir melampaui gaya hidup hari ini, menuju kestabilan finansial esok.

Di Indonesia, ada berbagai instrumen investasi yang bisa dipilih anak muda.
Masing-masing punya karakteristik, keuntungan, dan risiko berbeda. Berikut beberapa yang populer dan dianggap cukup menguntungkan saat ini:

1. Reksa Dana

Reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian dikelola oleh manajer investasi ke berbagai instrumen seperti saham, obligasi, atau deposito.

Kelebihan: bisa mulai dari Rp10 ribu, praktis, cocok untuk pemula.
Risiko: nilai unit bisa turun mengikuti kondisi pasar, walaupun relatif lebih aman karena dikelola profesional.

2. Saham

Saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan. Dengan membeli saham, berarti kamu ikut memiliki sebagian dari perusahaan tersebut.
Jika perusahaan untung, kamu berhak atas dividen.

Kelebihan: potensi cuan tinggi, bisa dapat dividen + capital gain (selisih harga jual-beli).
Risiko: harga saham fluktuatif, bisa turun tajam dalam waktu singkat.

3. Obligasi Ritel (ORI/SBR)

Obligasi ritel adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah dan ditawarkan kepada individu. Investor akan menerima bunga (kupon) secara berkala.

Kelebihan: aman karena dijamin negara, imbal hasil stabil, cocok untuk investasi jangka menengah.
Risiko: likuiditas terbatas (tidak selalu bisa dijual kapan saja dengan harga yang sama).

4. Emas

Emas adalah instrumen klasik yang sudah digunakan sejak lama sebagai alat simpan nilai. Kini, emas bisa dibeli dalam bentuk fisik maupun digital melalui aplikasi.

Kelebihan: tahan inflasi, nilainya cenderung stabil dalam jangka panjang.
Risiko: kenaikan harga cenderung lambat, dan ada biaya penyimpanan jika berbentuk fisik.

5. Deposito Digital

Deposito adalah produk perbankan di mana uang disimpan dalam jangka waktu tertentu dengan bunga lebih tinggi dibanding tabungan biasa. Deposito digital kini mudah diakses lewat aplikasi bank atau fintech resmi.

Kelebihan: risiko rendah, bunga lebih tinggi dari tabungan.
Risiko: dana tidak fleksibel karena ada jangka waktu penyimpanan (tidak bisa ditarik sebelum jatuh tempo).

6. Properti Digital (NFT/Metaverse)

Properti digital berupa aset virtual seperti Non-Fungible Token (NFT) atau tanah virtual di metaverse. Meski masih baru dan spekulatif, instrumen ini sempat populer di kalangan anak muda.

Kelebihan: potensi cuan besar jika tren naik.
Risiko: sangat fluktuatif, belum ada regulasi jelas di Indonesia, dan rawan spekulasi.
Dengan penjelasan ini, pembaca bisa melihat jelas bahwa setiap jenis investasi punya pengertian, kelebihan, dan risiko masing-masing.

Anak muda tinggal menyesuaikan dengan tujuan finansial dan karakter dirinya.



Menentukan jenis investasi bukan perkara gampang, apalagi untuk anak muda yang baru mulai. Biar tidak salah arah, ada beberapa tahapan penting yang bisa dijadikan panduan:

1. Tetapkan tujuan keuangan.

Apakah tujuanmu untuk liburan tahun depan, beli rumah dalam 5 tahun, atau dana pensiun 30 tahun lagi? Tujuan jangka pendek lebih cocok dengan instrumen aman (deposito, reksa dana pasar uang), sedangkan jangka panjang bisa ke saham atau obligasi.

Kenali profil risiko.
Konservatif → lebih suka aman, cocok di deposito, emas, obligasi.
Moderat → mau coba cuan lebih besar, cocok kombinasi saham + reksa dana.
Agresif → siap naik-turun tajam, bisa ke saham berisiko tinggi atau crypto.

2. Hitung kemampuan modal.

Jangan pakai uang makan atau dana darurat. Sisihkan minimal 10–20% dari penghasilan bulanan khusus untuk investasi.

3. Belajar dan cari informasi.

Gunakan literasi keuangan dari OJK, BI, atau platform resmi. Jangan hanya mengandalkan konten viral yang belum tentu valid.

4. Mulai dari kecil.

Lebih baik memulai dengan nominal kecil dan konsisten, daripada langsung besar tapi salah langkah. Ingat pepatah: slow but steady wins the race.



Investasi memang bisa bikin kaya, tapi juga bisa bikin bangkrut kalau dilakukan asal-asalan. Berikut risiko nyata yang sering menimpa anak muda:

1. Tertipu investasi bodong.

Banyak modus berkedok “trading” atau “robot investasi” yang menjanjikan cuan 30% per bulan. Padahal, tidak ada investasi legal yang memberikan return setinggi itu secara konsisten.

2. Ikut-ikutan tren tanpa analisis.

Misalnya membeli saham karena viral di media sosial, atau ikut beli crypto gara-gara influencer bilang “to the moon.” Padahal, harga bisa jeblok keesokan harinya.


3. Overconfidence (percaya diri berlebihan).

Baru untung sekali, langsung merasa jago, lalu menaruh semua dana di satu instrumen berisiko. Akhirnya, sekali jatuh rugi, habis semua modal.

4. Stres finansial.

Ada anak muda yang nekat pakai kartu kredit atau pinjaman online untuk investasi. Kalau rugi, bukan hanya uang hilang, tapi utang menumpuk.

5. Kehilangan kepercayaan diri.

Setelah sekali rugi besar, banyak yang kapok dan trauma. Padahal sebenarnya bukan investasinya yang salah, melainkan caranya.



Agar investasi menjadi jalan menuju kemandirian finansial, bukan bencana, ada beberapa tips yang bisa dijadikan pegangan:

1. Mulai dari instrumen aman.

Pemula sebaiknya masuk ke reksa dana pasar uang, emas, atau obligasi ritel. Ini membantu membangun kebiasaan investasi tanpa stres.

2. Gunakan platform resmi.

Pastikan aplikasi yang digunakan terdaftar di OJK. Jangan tergiur aplikasi abal-abal yang menjanjikan keuntungan cepat.


3. Diversifikasi portofolio.

Jangan menaruh semua uang di satu keranjang. Misalnya, 50% di reksa dana, 30% di emas, 20% di saham. Dengan begitu, kalau satu turun, masih ada yang menopang.

4. Rutin evaluasi.

Setidaknya sebulan sekali, cek perkembangan portofolio. Jika ada instrumen yang performanya buruk, bisa dialihkan ke yang lebih stabil.


5. Pikir jangka panjang.

Investasi bukan jalan pintas jadi kaya mendadak. Seperti Warren Buffett bilang, “Investing is not about timing the market, but time in the market.” Artinya, yang penting konsistensi dan kesabaran.

7. Jangan campur dana darurat dengan investasi.

Pastikan dana darurat (minimal 3–6 kali pengeluaran bulanan) sudah aman di tabungan atau instrumen likuid. Baru setelah itu uang sisa dialokasikan ke investasi.


8. Tingkatkan literasi keuangan.

Ikuti seminar, baca buku, dengarkan podcast keuangan. Semakin banyak pengetahuan, semakin kecil kemungkinan salah langkah.

a. Kesimpulan

Fenomena anak muda yang rajin investasi sebenarnya kabar baik. Artinya, generasi sekarang sudah lebih sadar akan pentingnya mengatur keuangan sejak dini.

Namun, investasi bukan tren sesaat. Jika hanya ikut-ikutan tanpa pengetahuan, risikonya bisa fatal.


b. Penutup

Investasi adalah seni menyiapkan masa depan. Bagi anak muda, memulai lebih awal adalah keunggulan besar karena waktu adalah teman terbaik investasi.

Jadi, jangan hanya sekadar ikut-ikutan. Belajarlah, mulai kecil, dan konsisten. Dengan begitu, investasi bisa menjadi kendaraan menuju kebebasan finansial, bukan sekadar tren yang cepat berlalu.

Penulis : Prisca Kesuma Wardhani

Brave is PinkHero is Green